Dalam pengoperasian pesawat harus melibatkan seluruh aspek penerbangan yaitu pesawat, bandara, penerbang, navigasi dan unit keselamatan penerbangan. Semuanya harus memenuhi standar yang telah ditentukan dan memiliki sertifikat kelayakan umur pesawat terbang bukan unsur utama yang menentukan keselamatan penerbangan. Yang penting justru disiplin dalam siklus pemeliharaan pesawat terbang. Dan hal yang harus diperhatikan adalah Skill Preservation, kondisi kesehatan air crew, dan pendukung keselamatan terbang. Demikian pula pengawasan ketat terhadap ketentuan yang berlaku menjadi elemen yang mendasar untuk dilaksanakan dan hukuman harus di jatuhkan pada kecerobohan yang terjadi.
A. Pihak – Pihak Yang Terkait Dalam Operasi Penerbangan
Pihak-pihak yang terkait dalam pengoperasian pesawat dan memiliki otoritas atau suatu wewenang serta berperanan penting dalam operasi penerbangan suatu pesawat, mereka adalah Kru penerbangan, Kru penerbangan terdiri dari orang-orang yang ditunjuk oleh operator untuk bertugas mengoperasikan pesawat dari satu tempat ke tempat tujuan. Kru Kru penerbangan tersebut terdiri dari :
a. Pilot (pilot in command)
Yaitu pilot yang bertanggungjawab untuk operasi dan keselamatan dari pesawat selama waktu penerbangan.
b. Co – Pilot
Yaitu pilot yang bertugas membantu pilot dalam mengoperasikan pesawat selama waktu penerbangan.
c. Navigator
Navigator seperti namanya bertugas untuk mengarahkan pesawat ketempat yang dituju. Tugas spesifik yang dilakukan antara lain menghitung arah dan kecepatan angin, ground speed, arah penerbangan, dan check point. Untuk penerbangan jarak jauh, lintas samudra, dan malah hari seperti Jakarta – Makasar misalnya, peran navigator sangat krusial. Kalau melihat lebih jeli pada pesawat Dakota ada kubah di atas kokpit yang disebut astrodrome. Gunanya agar navigator dapat melihat posisi bintang, membidik dengan scxtant, dan menghitung posisi pesawat dengan bantuan tabel yang membuat posisi bintang di langit pada kurun waktu tertentu. Mirip dengan apa yang dilakukan pelaut.
d. Radio Operator
Radio yang disingkat Radio Operator menangani mesin morse yang merupakan alat komunikasi antar pesawat dengan daratan. Kenapa morse ? karena saat itu komunikasi mengandalkan suara (voice Communication) jelas tak mungkin akibat besarnya distorsi dan ketidakteraturan gelombang radio. Sebagai catatan Radio Operator bisa menjadi navigator tapi hanya untuk penerbangan jarak dekat.
e. Flight Engineer ( FE )
Flight Engineer merupakan jawaban atas semakin kompleksnya mesin piston. Flight Engineer yang terus memonitor kondisi mesin, arus bahan bakar, temperatur, RPM (rotation per minute) mesin, dan sebagainya. Seiring perkembangan teknologi elektronika era 1950-an dan 1960 – an profesi yang paling pertama hilang adalah navigator berkat penerapan radar dan penemu alat navigasi seperti omega.
Setali tiga uang dengan Radio Operation, menghilang akibat kehandalan radio komunikasi yang cukup dilakukan pembicaraan suara oleh pilot. Sementara Flight Engineer masih diperlukan karena pengoperasian mesin jet yang masih kompleks seperti Boeing B707.
f. ATS Services
ATS Services memberikan informasi penerbangan yang dibutuhkan. Bukan hanya itu kru ini juga yang mengatur segala pegerakan lalu lintas penerbangan pesawat udara di udara.
g. Kru Kabin
Operator harus menunjuk kru kabin sesuai tipe pesawat terbang, berdasarkan kapasitas tempat duduk atau jumlah penumpang yang di bawa. Hal ini disebabkan karena berhubungan dengan keamanan dan bila mungkin terjadi emergency akan membantu dalam penanganan evakuasi. Kru kabin bisa membantu dalam menunjukan tindakan-tindakan atau alat-alat yang ada di pesawat untuk dapat dipergunakan bila terjadi situasi emergency. Selain itu kru kabin dapat membantumenenangkan para penumpang saat terjadi emergency. Karena kru kabin bertugas bertanggungjawab terhadap keselamatan kabin atau penumpang baik dalam keadaan normal atau keadaan darurat.
Kru kabin harus memiliki surat kelayakan yang telah didapat dari pelatihan-pelatihan mengenai keamanan dan fungsi dari kru kabin, tindakan-tindakan penyelamatan saat emergency, efek-efek saat terbang (seperti tekanan udara), muatan dalam pesawat, dan pengetahuan keselamatan penumpang. Kru kabin bertugas sesuai dengan jadwalnya yang telah ditetapkan oleh operator, yaitu sesuai jam terbang, periode duty dan periode istirahat.
B. Penanganan Khusus Pada Pesawat
Pihak – pihak yang berkemampuan baik dan memiliki setifikat kelayakan kerja yang dapat dipertanggungjawabkan saja tidak cukup untuk menunjang keselamatan suatu operasi penerbangan. Seperti yang telah anda ketahui, didunia teknik dikenal istilah masa guna (lifetime).
Lampu yang setiap malam anda nyalakan mempunyai masa guna, masa gunanya sekitar 1000 jam. Makin sering anda nyala – matikan, semakin pendek pula masa gunanya. Hanya dengan penggunaan yang sesuai dengan acuan yang ada, lampu dapat mencapai masa guna yang maksimal.
Begitu juga dengan pesawat terbang. Pesawat terbang merupakan kesatuan dari banyak komponen-komponen tehnik. Tiap komponen ini tentunya memiliki masa guna yang berbeda-beda. Jenis pesawat penumpang besar moderen sekarang memiliki hampir 30 juta komponen. Bayangkan anda harus menjamin masa guna dari sekian banyak komponen, yang mempengaruhi tingkat keselamatan pesawat.
Untuk menjamin kelayakan komponen tersebut maka perusahaan pesawat terbang menetapkan rangkaian check-Up yang dikenal dengan aircraft MRO (maintenance, repair, and overhaul).
Maintain = perawatan/inspeksi
Repair = reparasi
Overhaul = bongkar mesin
Setiap maskapai berkewajiban menjalankan Check-Up, hasil akan didokumentasi apakah prosedur sesuai dengan standar internasional ICAO (International Civil Aviation Organization).
Dan disyahkan oleh instansi penerbangan yang diakui di negara masing-masing.
Hukuman akan dikenakan terhadap maskapai yang tidak mematuhi rangkaian Check-Up ini, seperti pencabutan ijin operator penerbangan/ Air Operator Certificate (AOC).
Aircraft MRO dapat dilaksanakan oleh maskapai penerbangan sendiri atau perusahaan MRO (PT Garuda Maintenance Facilities AeroAsia "GMF AeroAsia", Lufthansa Technik, MTU Maintenance). Apa sajakah yang terkandung dalam aircraft MRO?
1. Pre-Flight-Check
Pre-flight check ini dilakukan setiap kali sebelum pesawat akan terbang, hal pertama kali yang harus di cek oleh pilot adalah, apakah tangki bahan bakar diisi sesuai dengan yang dibutuhkan.
Setelah itu pilot harus mengecek pesawat dengan mengelilinginya (360°), untuk memastikan apakah masih ada kekurangan atau kerusakan pada badan pesawat. Segala macam hal yang dapat menggangu terbangnya pesawat akan diperbaiki, sebelum pesawat lepas landas. Pre – Flight – Check ini lamanya 30 menit.
2. Ramp-Check
Ramp-Check dilakukan oleh para tekniksi/ montir terutama pada roda pesawat terbang dan harus dilakukan setiap hari. Akibat dari besarnya gaya yang diakibatkan oleh lepas landas maupun landing, roda pesawat menjadi cepat rusak. Selain itu, pemeriksaan juga dilakukan pada mesin pesawat, stand oli mesin, bagaimana kondisi mesin. Sayap, bodi, chasis juga harus di periksa walaupun hanya secara visual. Alat pemadam api, sistem oksigen, cockpit juga termasuk dalam checklist.
3. Service – Check
Service – Check dilakukan seminggu sekali oleh para teknisi pada waktu pesawat menunggu penerbangan balik atau penerbangan berikutnya. Lingkupannya termasuk segala hal di Ramp – Check, ditambah pengisian oli mesin, angin, air dan pembersihan kabin pesawat.
4. A – Check
Tergantung dari jenis pesawat, A-Check dilakukan setiap 350 – 750 jam terbang.Membutuhkan sebanyak 45 - 260 jam kerja. Termasuk dalam A – Check, pengecekan luar dan dalam bodi pesawat, Service-Check, mesin. Kekurangan atau kerusakan kecil pada pesawat akan diperbaiki.
5. B – Check
B – Check merupakan pelengkap dari A – Check dan hanya dilakukan terhadap pesawat terbang jenis Boeing 737-200 dan Boeing 747-200 setiap 5 bulan. Pesawat akan ditarik dari penerbangan untuk jangka waktu 9 – 28 jam. Kali ini struktur bodi pesawat akan diperiksa lebih mendetail.
6. C – Check
Setiap 15 – 21 bulan setiap pesawat harus menjalani C – Check. Pemeriksaan struktur pesawat terhadap korosi, keretakan, benjolan dilakukan lebih intensive dengan menggunakan metode cahaya UV.
Semua sistem teknik yang penting untuk penerbangan akan diuji.
Selain itu pencucian pesawat dilakukan untuk membersihkan pesawat dari kotoran, sehingga nilai aerodynamiknya kembali membaik. Membutuhkan sebanyak 1500 – 2000 jam kerja. Rata – ratanya pesawat akan dimasukan ke hanggar selama kurang lebih 5 hari.
7. IL – Check
Intermediate layover adalah kepanjangan dari IL – Check. Disini dilakukan perbaikan atau pembaruan terhadap interior kabine pesawat dan komponen tehnik, perbaikan warna cat, pengontrolan spesifik struktur. Lamanya berkisar kurang lebih 2 minggu, Dilakukan setiap 5 atau 6 tahun. IL – Check dan D – Check termasuk dalam kategori overhaul.
8. D-Check
Tergantung dari jenis pesawat D-Check dilakukan setiap 5 sampai 10 tahun. Merupakan rangkaian Check-up terbesar. Pesawat akan dibongkar, setiap komponen akan di periksa dan kemungkinan diganti. Ketahanan materi akan ditest. Kabin pesawat di renovasi atau dimodifikasi. Membutuhkan sebanyak 6.000 sampai 10.000 jam kerja. Lamanya berkisar kurang lebih 4 minggu.
C. Hal – Hal Yang Harus Ditangani Sebelum Terbang
Pihak- pihak dan prosedur prosedur diataslah yang menjamin dan menjadi tolak ukur tingkat keselamatan pada operasi penerbangan. Sebelum melakukan penerbangan biasanya para kru pesawat melakukan ground handling, adapun beberapa hal yang ditangani dalam proses ground handling ini, antara lain :
1. Penumpang
Passenger Handling (penanganan penumpang) pada Terminal dapat dilakukan oleh masing-masing airlines atau dilakukan oleh Airport Authority setempat, demi untuk keseragaman pada penataan ruangan di Terminal. Check-in desk atau check-in counter dapat juga dipakai bergantian untuk menfaatkan ruangan terminal secara maksimal.
Biasanya beberapa operator penerbangan/ Airlines meminta agar counter desk dipakai oleh Airlines-nya masing-masing, hal ini demi kepopuleran masing - masing Airlines tersebut.
2. Bagasi Penumpang
Ramp Handling, Pekerjaan yang dikerjakan selama periode pesawat terbang berada di ground / di darat pada saat transit ataupun pada saat bongkar muat barang ataupun pengisian bahan bakar.
Termasuk juga aktivitas parkir pasawat terbang di Apron / tempat parkir pesawat terbang, jika parkir pesawat dengan cara Nose-in docking/ mengahadap gedung terminal, maka dibutuhkan Marshaler/ petugas pemarkir pesawat terbang, marshaling dapat diberikan kepesawat terbang dengan dipandu oleh Marshaler atau suatu alat yaitu disebut Aircraft Docking Guidance System/ alat secara automatis yang dapat menunjukkan parkir pesawat secara benar.
3. Fueling
Petugas teknisi pesawat terbang/ engineer yang bertanggung jawab terhadap pengisian bahan bakar/ refueling, pengisian bahan bakar pesawat ditentukan oleh Airlines sesuai dengan kebutuhan terbang. Sesuai dengan peraturan keselamatan penerbangan bahwa sekurang – kurangnya pesawat terbang harus membawa bahan bakar sebanyak kebutuhan bahan bakar dari tempat keberangkatan sampai dengan tujuan ditambah 2 jam untuk melakukan holding atau kebutuhan bahan bakar dari tempat keberangkatan sampai tujuan ditambah bahan bakar ketempat alternate (tujuan bandara alternatif) ditambah 45 menit.
Hal ini tergantung pilihan dari Airlines lebih menguntungkan yang mana harus dipilih, tergantung juga pada keadaan cuaca atau status bandara yang akan dikunjungi. Dan hal tersebut sudah harus diputuskan sebelum keberangkatan dan harus ditulis dalam Flight Plan (format rencana terbang), demikian juga terhadap pengisian Oli/ tanpa persyaratan.dari terminal menuju ke dalam pesawat terbang sebelum keberangkatan pesawat terbang.
4. Aircraft Ramp Servicing
Aircraft ramp servicing adalah pelayanan yang dibutuhkan untuk kelancaran pesawat terbang pada saat mau take-off / berangkat atau pada saat sesudah landing / mendarat. Hal ini merupakan tanggung jawab masing-masing airlines.
Fault servicing, adalah kerusakan – kerusakan yang ada dan dilaporkan oleh Pilot pada saat setelah mendarat ataupun sebelum berangkat.
Setelah pelaksanaan ground handling, pilot yang akan melakukan penerbangan atau tenaga perbantukan yang memiliki wewenang harus mendapatkan informasi aeronautika yang dibutuhkan dari pihak penyedia informasi aeronautika tersebut, dalam hal ini informasi yang dimaksudkan disediakan oleh ATS Unit, informasi tersebut, antara lain :
1. Pre-flight Information Bulletin
Pre-flight Information Bulletin berisikan kumpulan NOTAM yang masih berlaku yang berpengaruh pada operasi penerbangan. Informasi ini diberikan oleh pihak BO (briefing office). Peta Penerbangan yang berisi rute – rute penerbangan yang ada dalam ruangan di Dinas Penerangan Aeronautika dan apabila terjadi plotting area dapat dimasukan ke dalam Pre-flight Information Bulletin sebagai salah satu bentuk pelayanan self briefing untuk penerbang.
2. Meteorology ( cuaca )
Informasi mengenai cuaca pada waktu yang dibutuhkan dapat juga diperoleh dari pihak meteorology.
D. Tahapan Yang Dilalui Dalam Melakukan Setiap Penerbangan
1) Pre-Flight :
• Plan the flight
• Get ATIS (elevation from weather server)
• Prepare logsheet
• Compute fuel load
• Departure procedure reviewed
• Charts and docs at hand
• Startup XP (by clicking on the "THC-XXX.sit" file)
• Set weather parameters /activate real weather
2) Pre-Engine start :
• Brakes set
• Nav points and frequencies checked
• Nav radios set
• Com radios set
• Copy ATIS
3) Engine Start :
• Parking Brake Set
• Engine Area Clear
• Throttle Set to Idle (stick throttle!)
• Start Fuel Flow
• Start Engines
• Check Engine Operating Normally
4) Pre-Taxi :
• Flaps 1 (or appropriate)
• Check Control Continuity:
• Confirm Full Aileron Movement
• Confirm Full Rudder Movement
• Confirm Full Elevator Movement
• Get Taxi clearance (GND)
• Release Parking Brake
• Taxi to departure runway - set parking brake when holding short of departure runway
5) Pre-Takeoff :
• Check parking brake set
• Check Set to Flaps 1
• Check engine operating normally
• Auto Pilot on (no service engaged)
• Airspeed set to 230 KIAS (or appropriate)
• Request Take off from Tower/ Departure
• "Cleared to" altitude set
• Departure heading set
• Timer reset
• Taxi into position and hold
6) Takeoff :
• Release Parking Brake
• Set power to maximum thrust (full throttle)
• @ V1 (Decision Speed) - go/ abort
• @ Vr (Rotate Speed) roll gently
• Initial climb at 4-12° BA (Body Angle)
• Positive Rate Of Climb >500 ft agl. - Gear Up
• Retract Flaps :
o Flaps Two : see POH
o Flaps One : see POH
o Flaps Retracted : see POH
• Contact Departure
• Identify (squawk)
7) Post Takeoff :
• Engage Auto-throttle
• Engage Heading Hold
• Engage Altitude Hold
• Check gear up
• Check flaps up
• Check A/P Functioning Properly
• Head for filed flight plan
8) Climb :
• Rate of Climb - see POH (Set to (see POH) for expedited climb.)
• Airspeed
• 250 KIAS under 10,000 ft.
• see POH for cruising airspeed above 10,000 ft.
• Increase throttle as needed to hold published climb airspeed
• Log Take off data onto logsheet
9) Cruise :
• Airspeed
• Mach. see POH
• Vne/ Mmo - see POH
• Ensure On Course Navigation
• Log cruis data continuously
• Prepare landing by revising the arrival airport charts
10) Descent :
• Get ATIS for arrival airport
• Contact Tower (inbound)
• Set Auto-Throttle to desired airspeed
• "Cleared To" Altitude Set
11) Pre-Approach :
• Approach Plate Out
• Approach Brief
• Missed approach Brief
• ILS Freq. Set (Once turned/cleared for approach)
• Check for traffic
12) Approach :
• Spoiler Armed
• Fly published approach as briefed.
• Normal Approach Airspeed :
o see POH (Short Field Landings - see POH)
• Landing Configuration set at outer marker
• Gear Down
• Flaps Full
Execute missed approach if you can not establish a stabilized approach or if you deviate significantly from the ILS localizer and/ or glideslope.
13) Landing :
• Target Airspeed : see POH (Short Field Landings - see POH)
• After touchdown :
o Apply Brakes as needed to safely exit runway
o Exit Runway at 15 Knots or less
14) Post Landing :
• Flaps Ups
• Clear runway (and notify Tower)
• Taxi To Terminal/ Ramp
15) Parking :
• Parking Brake Set
• Flaps Up
• Spoilers Retracted
• Engines Off
• Log landing data
16) Debriefing :
• Log into dESPair logbook (or your local despair logbook)
• Log/ Close your flight and don't forget to enter any aircraft relevant data
Tidak ada komentar:
Posting Komentar