Saya adalah pemerhati ATC Indonesia yang sangat prihatin dengan
perjalanan dan perjuangan menuju kondisi yang ditunjukkan dalam subjek
posting ini.
Kalau kita bicara mengenai kondisi yang cerdas,mapan dan berwibawa,
saya sangat tergerak melalui komunitas ini untuk menyikapi beberapa
wacana publik yang saya tawarkan.
1. Kecenderungan pemberian pelayanan lalu lintas penerbangan (LLP)
yang tampak kurang memberikan prinsip keadilan bagi pengguna jasanya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini terjadi fenomena "Airline
sahabat ATC dan airline yang kurang bersahabat dengan ATC". Sungguh
amat memprihatinkan bila para ATC Indonesia dalam memberikan Pelayanan
LLP seolah melacurkan profesi dengan alasan pemberian "gula-gula" oleh
airline sahabat ATC tersebut memberikan "additional services" dengan
mengalahkan prinsip-prinsip dasar dalam pelayanan LLP sebagaimana
ditunjukkan oleh beberapa buku pintar yang dipelajari oleh seluruh ATC
Indonesia. Jika fenomena ini benar adanya,maka saya mengajak dengan
sangat agar kita kembali ke khitoh pelayanan yang sebenar-benarnya
sebagaimana telah ditunjukkan dalam buku pintar. Bagaimanapun hati
lebih bernilai dari "gula-gula".
2. Prinsip Contingency Plan merupakan frase yang sangat dikenal dan
akrab dalam aktivitas keseharian ATC Indonesia. Artinya, segala
sesuatu rencana, kegiatan maupun cita-cita selalu diharapkan ada
rencana A,B, C,... sampai Z.
Cita-cita single ATS Provider saat ini merupakan dagangan paling laku
untuk diperbincangkan oleh komunitas LLP di Indonesia. Pertanyaannya
adalah; Sejauh mana komunitas ATC Indonesia mempersiapkan rencana A,B,
C,... sampai Z tersebut dalam pencapaian cita-cita single ATS
provider. Kesan yang muncul di permukaan arena publik tampak bahwa ATC
Indonesia menunggu cita-cita tersebut bak runtuhnya buah durian dari
pohon. Rencana pencapaian yang disusun terkesan belum sampai pada
huruf Z. Bahkan A pun belum komprehensif. Banyak wacana yang
menyatakan bahwa komunitas ATC merasa ditinggal oleh pemerintah dalam
penyiapan organisasi ATS Single provider. Kalau ini pertanyaannya;
Mengapa hal ini tidak diungkapkan kepada pemerintah sembari
menyertakan Plan A sampai Z tersebut. Kalau komunitas ATC Indonesia
mempunyai harapan-harapan khusus dalam pembentukan organisasi single
ATS Provider, tentunya harus memberikan deskripsi yang lebih jelas
lagi dan spesifik tentang apa yang diinginkan serta bagaimana
mencapainya. Tentunya hal ini tidak mudah,diantara beraneka ragamnya
warna kelompok ATC di Indonesia, tentunya harapannya pun beragam.
Pahaman siapa kuat dia dapat tentunya bukan hal yang diharapkan. Yang
jelas publik akan menilai yang terbaik untuk Merah Putih.
Terkait dengan subjek posting ini, saya sangat berharap cita-cita
terwujudnya ATC Indonesia yang cerdas, mapan dan berwibawa bukan hanya
menjadi slogan yang dicita-citakan saja, namun perlu diwujudkan
melalui upaya-upaya yang terencana, terarah, dan terkendali. Dan yang
terpenting adalah memulai bekerja dengan hati, kejujuran dan
keikhlasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar