Jumat, 20 Juni 2008

I L M U ................................

Jika "ilmu" (science) lebih sering dikaitkan dengan penelitian dan pencarian kebenaran, maka disiplin (discipline) dikaitkan dengan himpunan pengetahuan dan peraturan ilmiah yang akan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kamus Webster's, disiplin diartikan sebagai "a body of knowledge, practice, and a system of rules". Baik "ilmu" maupun "disiplin" bertemu di kampus dan terwujud dalam bentuk 3P (pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat). Huruf "p" yang terakhir (pengabdian kepada masyarakat), menyebabkan sebuah disiplin berpengaruh dalam kemajuan (maupun kemunduran!) masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain, di dalam setiap masyarakat, sebuah disiplin akan menentukan struktur, isi, dan implikasi politik dari sebuah himpunan pengetahuan (body of knowledge).


Dalam dunia moderen, maka disiplin menjadi semakin kompleks, sebab masyarakat moderen semakin banyak membutuhkan solusi bagi persoalan-persoalan hidup mereka. Jika "ilmu" terkesan lebih mengawang-awang karena mencari kebenaran sejati, maka disiplin lebih sering dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan praktis sebuah masyarakat. Semakin banyak dan beragam kebutuhan masyarakat, semakin banyak muncul disiplin yang berbeda-beda. Mungkin saja disiplin-disiplin itu memiliki titik-awal dan tujuan yang sama, dan mungkin hanya berbeda dalam cara masing-masing memandang persoalan (subject matter) yang sama.

Seringkali berbagai disiplin itu bekerjasama untuk menyelesaikan satu persoalan di masyarakatnya. Maka dikenal berbagai istilah, seperti:

  • Interdisiplin - yaitu interaksi antara dua atau lebih disiplin (baik yag berkaitan maupun yang tidak) melalui kerjasama dalam pendidikan dan penelitian, dengan tujuan menyamakan pikiran, konsep, metode, atau tawaran solusi.
  • Multidisiplin - yaitu upaya kelembagaan yang menghimpun dua atau lebih disiplin untuk membentuk modul-modul pengajaran, penelitian, atau praktik yang dapat dimanfaatkan masyarakat.
  • Transdisiplin - yaitu kesepakatan untuk membetuk aksioma atau rumus bersama sebagai upaya mempertemukan berbagai disiplin yang sebelumnya tidak nampak berkaitan, sehingga ada kesatuan pandangan dalam menjawab persoalan masyarakat.

Dilihat dari segi ini, maka kegiatan-kegiatan pengajaran, penelitian, mapun pengabdian-masyarakat yang berkaitan dengan bidang perpustakaan dan informasi dapat dikatakan sebagai interdisiplin, multidisiplin, maupun transdisiplin. Di dalam kegiatan-kegiatan bidang perpustakaan dan informasi, berkembanglah hubungan interaksi, penggabungan, kesepakatan, dan penghimpunan berbagai hasil penelitian yang datang dari berbagai disiplin. Paling kentara dalam interaksi berbagai disiplin di bidang ini adalah antara disiplin komunikasi (terutama aspek kognitifnya), sosial (terutama sosiologi), kebudayaan (terutama filsafat dan linguistik), matematik (dan logika positivis), elektronik (terutama setelah komputerisasi), ekonomi (terutama manajemen), dan pendidikan.

Bidang perpustakaan dan informasi tentu saja bukan satu-satunya bidang yang menjadi ajang pertemuan berbagai disiplin. Lihat saja misalnya:

  • Kedokteran Hewan - dari disiplin genetika, pathology, dan ilmu-ilmu dasar terutama biologi.
  • Kerja sosial/ Kesejahtraan Sosial (Social Work) - dari disiplin hukum, ilmu-ilmu perilaku (behavioural sciences), dan psikologi.
  • Perencanaan Sosial (Social Planning) - dari disiplin Kesejahteraan Sosial ditambah dengan Perencanaan Regional (regional planning)

Belum lagi berbagai disiplin yang muncul dengan nama baru, dan segera memperlihatkan gabungan antara berbagai disiplin. Misalnya, Sosiologi Pedesaan, Arkeologi Industri, Kajian Wilayah, Sejarah Kedokteran, Antropologi Wanita, Komunikasi Politik, untuk menyebut beberapa nama saja.

Pertemuan antar berbagai disiplin ini biasanya dipicu oleh persoalan-persoalan nyata dalam sebuah masyarakat. Semakin kompleks persoalan itu, semakin banyak disiplin yang diperlukan. Ini membuktikan betapa terbatasnya kegiatan-kegiatan ilmiah jika dikerangkeng dalam satu ilmu atau satu disiplin saja. Sekaligus juga membuktikan bahwa tidak ada satu ilmu pun yang lebih berperan dalam kemajuan (dan kemunduran!) masyarakatnya.

Gabungan dari berbagai disiplin akhirnya juga dapat melahirkan ilmu baru, yang akan ditandai oleh semakin ketatnya persyaratan penelitian dan pengajaran. Misalnya, ilmu perpustakaan dan informasi (atau ilmu perpustakaan dan ilmu informasi) sedang berupaya menjadi ilmu tersendiri dengan memperketat batas-batas dari persoalan yang harus diteliti para ilmuwannya, sekaligus membuat standardisasi kurikulum agar pengajaran di bidang ini menjadi lebih terarah.

Biasanya, di dalam masyarakat, sebuah disiplin akademik akan membentuk organisasi yang menerbitkan jurnal ilmiah, mengadakan konferensi, atau memberi penghargaan kepada ilmuwan atau peneliti yang dianggap mumpuni. Selain memiliki organisasi, sebuah disiplin juga biasanya memiliki “bahasa khusus” untuk memperlancar komunikasi ilmiah antar ilmuwan, menetapkan strategi kebenaran (truth strategies) yang mempertegas perbedaan satu disiplin dari yang lainnnya, dan melakukan penghimpunan serta pengorganisasian pengetahuan.

Manusia memang aneh. Sudah tahu bahwa persoalan kehidupan membutuhkan penggabungan berbagai disiplin, tetapi setelah bergabung malah ingin membuat ilmu yang terpisah dan tersendiri. Namun tanpa "keanehan" ini, barangkali juga tidak akan ada dinamika. Barangkali akan hanya ada satu ilmu yang paling benar dengan hanya satu kebenaran ilmiah.

Tidak ada komentar: