Produktivitas penelitian bidang penerbangan mempunyai kinerja yang sama dengan fenomena dunia penelitian umumnya di Indonesia, yaitu rendah dan perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkannya. Secara sederhana dan umum paling tidak ada tiga kondisi yang menjadi akar masalah mengapa produktivitas penelitian bidang penerbangan rendah. Ketiga akar masalah dimaksud adalah (1) keterbatasan dana penelitian; (2) integritas sebagai ilmuwan yang kurang kuat; dan (3) iklim penelitian yang kurang kondusif. (4) keterbatasan waktu peneliti dalam melakukan penelitian, dan lain lain. Secara lebih rinci, hasil temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama mengapa produktivitas penelitian di bidang penerbangan rendah disajikan pada paragraf-paragraf berikut.
1. Keterbatasan Dana Penelitian
Pada kondisi permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia demikian besar kuantitas dan kualitasnya serta menuntut penyelesaian masalah yang harusnya direncanakan mendasarkan pada data, informasi maupun fakta terbaru dan lengkap (comperehensive), maka ironi yang dihadapi adalah dana yang dialokasikan untuk penelitian sangat terbatas. Sebagai gambaran akan terbatasnya dana ini adalah penelitian mendasar ini dana yang disediakan hanya setengah juta. Sementara waktu yang harus dialokasikan untuk melaksanakan penelitian lebih dari empat bulan. Hampir dapat ditarik kata sepakat bahwa di antara semua akar masalah yang mengakibatkan kinerja yang kurang dari produktivitas penelitian, khususnya penelitian bidang penerbangan, maka aspek pendanaan selalu disebut yang pertama. Hal ini sudah mengidentifikasikan akan krusialnya permasalahan alokasi dana untuk penelitian yang menuntut solusi yang tepat dan segera. Beberapa argumen yang dikemukakan berkaitan dengan pendanaan untuk penelitian yang sangat rendah adalah bahwa mereka mempunyai tanggung jawab sebagai kepala keluarga yang harus mencukupi kebutuhan yang semakin hari semakin tinggi.
Hali ini sebenarnya memang dapat difahami kalau motivasi melakukan penelitian menjadi rendah dan lemah. Karena calon peneliti di lingkungan profesi dan akademisi penerbangan mempunyai kebutuhan hidup, baik untuk memenuhi kebutuhan dasar maupun kebutuhan sekunder bahkan tertier untuk tinggal di perumahan. Tuntutan-tuntutan sosial akan fasilitas-fasilitas minimal seorang seorang sarjana paling tidak bahkan sebagai seorang dosen yang mempunyai status sosial relatif cukup terpandang di kalangan masyarakat Indonesia.
Pada kondisi dikejar keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini, serta keinginan untuk dapat membahagiakan anak-anak maupun istrinya maka dapat dipahami juga kalau akhirnya yang terjadi adalah berlomba-lomba untuk mendapatkan penghasilan tambahan di luar kampus. Seorang dosen dalam satu minggu mengajar lebih dari empat mata kuliah dengan jumlah kelas paralel kadang-kadang tiga atau paling tidak dua. Artinya hampir tiap hari atau paling tidak dua. Artinya hampir tiap hari seorang dosen harus mempersiapkan materi atau bahan-bahan kuliah harian yang sangat menyita waktu. Implikasi berikutnya adalah luangan waktu yang kurang, kalau tidak boleh dikatakan tidak ada, untuk kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya sebagai seorang ilmuwan. Baik untuk membaca, mencari pustaka-pustaka terbaru, ataupun hasil-hasil penelitian terbaru yang terkait dengan disiplin ilmunya.
Sementara atmosfer di Indonesia umumya tidak ada penghargaan terhadap aktivitas penelitian. Penghargaan dari hasil penelitian yang akan digunakan untuk memperoleh angkakredit poin bagi kenaikan pangkat, sehingga yang terjadi adlah mengajar di tempat lain agar dapat penghasilan. Implikasi dari kondisi ini adalah waktu yang tersita untuk menyiapkan perkuliahan dan tidak tersisa lagi untuk kegiatan-kegiatan lain, khususnya penelitian.
Pilihan-pilihan yang akhirnya tersedia menjadi sepertinya terbatas sebagai kosekuensi logis dari sitaan waktu yang sangat tinggi dari jumlah jam yang tinggi. Dengan mempunyai jumlah jam yang tinggi akan membawa implikasi pada peningkatan atau paling tidak tambahan bagi penghasilan mereka. Walaupun demikian ternyata tambahan yang mereka terima tidak cukup signifikan dalam menutup kebutuhan-kebutuhan mereka. Kondisi unun semakin berat pada saat terjadi krisis moneter dalam tiga tahun terakhir ini, yaitu secara normal tambahan yang mereka terima relatif sedikit, sedangkan kebutuhan mereka akibat dari harga-harga yang sangat tinggi yang dipicu oleh nilai rupiah yang semakin terpuruk. Lebih-lebih pada situasi sosial politik yang sangat tidak stabil. Seringkali mereka dihadapkan kepada situasi-situasi dilema, sebagai pengajar pada satu sisi yang dituntut mempunyai kepedulian sosial dan keberpihakan terhadap kehidupan sosial yang memprihatinkan dan tuntutan dukungan paling tidak secara moral terhadap sikap–sikap yang dipilih oleh mahasiswa.
Kondisi lain yang terpengaruh oleh keterbatasan dana adalah fasilitas-falitas dan sarana-sarana maupun prasarana untuk melakukan penelitian. Salah satu fasilitas atau sarana, yang kalau petani dapat dianalogikan sebagai cangkul, sedangkan dosen atau peneliti adalah komputer. Komputer yang mereka punyai, adalah komputer dengan kemampuan terbartas dalam hal perangkat lunak maupun kecepatan kerjanya. Sementara yang tidak mempunyai fasilitas ini seringkali harus ke rental komputer setelah mereka membuata draft tulisan dengan menggunakan alat tulis. Tindakan untuk menyewa atau bahkan kadang harus mengetikkan dengan komputer rental, membawa implikasi tambahan pengeluaran. Hal ini dapat dipahami dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan memang sudah sangat tinggi.
Sebagian besar dari mereka cenderung tidak perduli dengan rutinitas yang sudah mereka lakukan dalam kaitannya dengan mengajar dengan jumlah jam yang relatif tinggi, termasuk mengajar di lembaga pendidikan dan pelatihan, perguruan tinggi swasta bahkan pada beberapa Sekolah Menengah Umum/Kejuruan (SMU/K) di sekitar kampusnya untuk dapat memenuhi kebutuhan.
Memang kadang-kadang mereka juga menyebutkan kalau alasan-alasan yang mereka kemukakan seperti sudah klise. Tetapi tuntutan dan realita hidup yang mereka hadapi memberikan pilihan yang terbatas dan sulit untuk keluar dari rutinitas atau keluar dari rutinitas untuk dalam kurun-kurun tertentu membuata jarak dari permasalahan ini dan berefleksi untuk mencari solusi dengan lebih tenang dan jernih. Beberapa informan yang juga merupakan dosen senior menyatakan bahwa seringkali perbaikan kondisi finansial terjadi pada saat ada yang menawari untuk melakukan pekerjaan proyek, konsultansi dan bahkan penelitian kerja sama dengan lembaga-lembaga lain yang secara finansial lebih leluasa.
2. Integritas Sebagai ilmuwan
Secara normatif tuntutan-tuntutan sikap yang harus dipunyai oleh seorang ilmuwan adalah menpunyai motivasi yang kuat dan kemampuan untuk mengembangkan ilmunya dengan melakukan riset-riset pengembangan, mempunyai kemampuan untuk berpartisipasi dalam mengembangkan bidang ilmunya, mempunyai kemampuan untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam sepektrum yang lebih luas dengan mengkaitkan bidang ilmu atau profesi serupa; mempunyai kemampuan untuk melakukan pendekatan dalam pemecahan masalah masyarakat dengan cara penalaran ilmiah. Lebih jauh lagi dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan konsep baru dibidang ilmu dan profesinya melalui riset; dan mempunyai kemampuan untuk melakukan pendekatan inter-deslipiner dalam penerapan profesinya. Agar dapat melakukan penelitian ilmiah dengan baik dan obyektif, seorang ilmuwan tidak hanya harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi juga harus memiliki sikap ilmiah (scientific attitude) yang tinggi.
Penelitian yang diusahakan agar hasil yang diperoleh bebas prasangka pribadi, “pamrih” pribadi maupun golongan. Secara umum informan sepakat bahwa sikap ilmiah (scientific attitude) menjadi dasar dari integritas seorang dosen dan juga seorang ilmuwan dan oleh karenanya selalu dalam atmosfer ilmiah dalam mensikapi fenomena –fenomena sosial dilingkunganya untuk dapat memberi penjelasan dan mengungkapkan kebenaran. Paling tidak sebagai suatu retorika, hal ini secara relatif lebih baik daripada sikap lain yang sering kali dinyatakan sebagai orang yang tidak tahu apa yang tidak ditahui. Ungkapan yang relatif masih banyak menyisakan ruang untuk peningkatannya adalah alasan lain yang juga menjadi rendahnya produktivitas penelitian di kalangan peneliti dan dosen perguruan tinggi, akibat dari integritas sebagai seorang dosen atau seorang peneliti atau sebagai seorang ilmuwan kurang. Dari beberapa jawaban jujur, pilihan untuk menjadi dosen atau peneliti kurang menarik bagi mereka. Artinya profesi dosen dipilih sebagai alternatif dari jenis pekerjaan yang lain. Kondisi ini sebenarnya bukan dihadapi oleh lembaga-lembaga pendidikan dalam menyiapkan regenerasi dan meningkatkan kemampuan serta profesionalitas di lingkungan sumber daya manusia yang ada, tetapi dihadapi hampir oleh semua lembaga pemerintah termasuk lembaga-lembaga penelitian. Lembaga-lembaga tersebut kalah bersaing dalam rekruitmen untuk sumber daya manusia yang mempunyai kapasitas dan kualitas yang tinggi dengan sektor swasta (private sector) yang secara finansial menjanjikan kehidupan yang jauh lebih baik. Apabila kondisi ini tidak segera diantisipasi, beberapa informan menyatakan akan menjadi bomerang bagi kehidupan ilmiah di negeri ini.
Semakin menurunnya kualitas kehidupan ilmiah di indonesia sebenarnya telah banyak diungkapkan banyak kalangan. Salah satu hal yang selalu diungkapkan adalah dalam perbaikan kondisi kualitas sumber daya manusia dengan negara lain, yang pada dekade tahun 70-an banyak mendatangkan dosen atau guru dari indonesia. Pada saat ini diakui ataupun tidak kualitas sumberdaya manusia dikawasan asia jauh lebih tinggi terutama di jepang, korea, malaysia, dengan potensi pengembangan dan regenerasi yang juga lebih baik. Salah satu tindakan yang secara mendasar menjadi fondasi dari bangunan kualitas sumberdaya manusia yang menopang kemajuan mereka adalah alokasi dana yang sangat besar untuk dunia pendidikan dan insentif yang diterimakan kepada tenaga-tenaga pendidik dan peneliti. Oleh karena itu, dapat dipahami pula kalau integritas yang ditunjukan oleh kalangan peneliti dinegeri tersebut juga tinggi. Sebenarnya diskripsi kondisi ini memberikan gambaran kepada kita bahwa secara potensial tidak kalah, kalau tidak boleh dikatakan lebih tinggi, tetapi usaha-usaha untuk mengasah dan mengaktualkan secara terstruktur dan komprehensif tidak dilakukan.
Selain integritas dan profesi yang kurang tepat, rendahnya produktivitasa juga didasari oleh kapasitas yang kurang mendukung untuk melakukan penelitian. Kapasitas dinaksud terkait dengan metodologi pelaksanaan penelitian, maupun penguasaan substansi (subject matter). Dari kesadaran kritis yang terbangun selama in depth interview dilakukan, informan yang notabene adalah dosen dan atau peneliti dan atau ilmuwan, sepakat bahwa perlu ada kegiatan-kegiatan yang terstruktur untuk menyentuh kesadaran kritis mereka sebagai ilmuwan.
Integritas yang tinggi sebagai peneliti dibutuhkan, karena tuntutan untuk selalu dapat menjunjung tinggi etika penelitian, jujur terhadap fakta, jujur terhadap sesama peneliti, dan jujur terhadap pembaca. Peneliti harus juga terdorong untuk menemukan sesuatu yang berguna bagi bangsa dan umat. Serungkali motivasi ditentukan oleh sarana penelitian, penghargaan terhadap peneliti maupun hasil-hasil yang telah dicapainya. Atmosfer yang kurang menghargai atau kurang memberi apresiasi, akan dengan mudah mematahkan motivasi yang telah tumbuh. Oleh karena itu aspek ini perlu diperhatikan lebih agar kita segera sejajar dengan bangsa lain di asia tenggara.
3. Iklim Penelitian
Iklim riset (research environment) di negara ini kurang kondusif untuk dapat memberikan kenerja lembaga-lembaga penelitian maupun pendidikan mempunyai produktivitas penelitian yang tinggi. Iklim penelitian ini ditentukan oleh faktor-faktor dan kondisi-kondisi yang mencakup aspek yang luas yaitu: (i) keamanan dan ketenangan untuk melakukan riset baik fisik, psikologis maupun ekonomi; (ii) lingkungan, fasilitas kerja (laboratorium dan keadaan lapangan), sistem penunjang, dan lingkungan hidup (lingkungan masyarakat dan keluarganya); (iii) kebijakan, pembinaan, dan dukungan (policy, guidance, dan encouragemant); (iv) sistem managemen yang baik, efektif, efisien, dan komunikatif; dan (v) apresiasi yang mencakup aspek material, non material dan penghargaan (recognition dan appreciation).
Iklim riset yang kondusif adalah kondisi yang mencakup semua aspek tersebut di atas dapat memberikan motivasi kepada sistem riset dan seluruh komponen atau subsistem terutama sumberdaya manusianya. Peneliti dapat melaksanakan tugas pokok, mandat dan fungsinya dengan baik, efektif, efisien, inovatif dan kreatif sesuai dengan tujuan riset bidang lingkungan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Iklim penelitian yang kondusif dari tingkat kebijakan yang dijabarkan dan dilaksanakan secara konsisten sampai tingkat pelaksanan di lapangan, maka diharapkan program penelitian akan berjalan seperti rencana. Jika iklim penelitian tidak kondusif akibat salah satu atau sebagian aspek atau faktor kunci yang mempengaruhi iklim penelitian tidak mendukung, maka sistem penelitian tidak berfungsi optimal dan program penelitian tidak dapat berjalan dengan baik, tidak produktif, kurang bermutu, tidak efektif dan tidak efisien, sehingga semua sumberdaya yang tersedia kurang dapat dimanfaatkan.
Iklim penelitian yang kondusif akan mendukung tumbuhnya rasa percaya diri peneliti, selain tentu saja didukung oleh kemampuan (penguasaan subject matter), keterampilan pelaksanaan penelitian maupun sarana dan prasarana yang yang tersedia. Keyakinan terhadap pendapat, gagasan atau teori terahulu yang dapat dipergunakan untuk pegangan, meskipun terbuka kemungkinan untuk diuji kembali. Peneiti tidak boleh cepat puas dengan hasil yang telah dicapai dan selalu terdorong untuk melanjutkan dan meningkatkan kegiatan penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar